Profil Desa Jatiwangsan

Ketahui informasi secara rinci Desa Jatiwangsan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Jatiwangsan

Tentang Kami

Profil Desa Jatiwangsan, Kemiri, Purworejo. Menelusuri jejak industri kerajinan kayu dan mebel yang berakar dari sejarah hutan jati, serta potensi pertanian diversifikasi di lanskap perbukitan yang subur dan produktif.

  • Sentra Kerajinan Kayu dan Mebel

    Menjadi pusat industri kecil menengah (IKM) berbasis kayu yang mapan, di mana keahlian pertukangan diwariskan secara turun-temurun dan menjadi penopang utama ekonomi desa.

  • Warisan Hutan Jati

    Memiliki identitas historis dan geografis yang kuat terkait dengan keberadaan hutan jati, yang kini dikelola sebagai hutan rakyat dan menjadi sumber bahan baku utama.

  • Lanskap Perbukitan Produktif

    Didukung oleh topografi perbukitan landai yang memungkinkan adanya sistem pertanian terpadu antara sawah di area lembah dan perkebunan di lereng perbukitan.

XM Broker

Di tengah lanskap perbukitan landai Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, gema suara gergaji dan aroma khas kayu yang baru diolah menjadi simfoni sehari-hari yang menandai identitas Desa Jatiwangsan. Nama "Jatiwangsan" bukanlah sekadar penanda geografis, melainkan sebuah cerminan mendalam dari sejarah, ekonomi dan denyut kehidupan warganya. Desa ini merupakan sebuah lokakarya alam di mana tradisi adiluhung pertukangan kayu bertemu dengan potensi agraris, melahirkan sebuah komunitas perajin yang ulet dan mandiri, yang hidup dari dan untuk mengolah anugerah kayu dari tanah mereka.

Geografi Perbukitan Landai dan Jejak Hutan Jati

Secara geografis, Desa Jatiwangsan terletak di bagian tengah Kecamatan Kemiri, dengan topografi yang didominasi oleh perbukitan landai atau bergelombang. Berbeda dengan wilayah Kemiri utara yang terjal atau Kemiri selatan yang datar, kontur Jatiwangsan yang dinamis memungkinkan adanya pemanfaatan lahan yang beragam dan terintegrasi. Lereng-lereng yang tidak terlalu curam menjadi lahan ideal bagi tumbuhnya tanaman keras, terutama pohon jati yang menjadi asal-usul nama desa ini.Luas wilayah Desa Jatiwangsan tercatat sekitar 3,85 kilometer persegi (385 hektare). Pemanfaatan lahannya menunjukkan kearifan lokal dalam beradaptasi dengan alam. Area yang lebih rendah dan dekat dengan sumber air dijadikan lahan persawahan, sementara sebagian besar wilayah perbukitan difungsikan sebagai hutan rakyat dan tegalan. Hutan rakyat inilah yang menjadi sumber utama pasokan kayu bagi industri kerajinan lokal.Adapun batas-batas wilayah Desa Jatiwangsan ialah sebagai berikut:

  • Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rejosari.

  • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kerep.

  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Paitan.

  • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bedonokluwung.

Sejarah desa ini tidak bisa dilepaskan dari keberadaan hutan jati yang melimpah di masa lalu. Kini, jejak tersebut dilestarikan melalui pengelolaan hutan rakyat oleh masyarakat, sebuah model yang tidak hanya menopang ekonomi tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan.

Demografi dan Masyarakat Kriya Pewaris Keahlian

Berdasarkan data kependudukan terakhir, Desa Jatiwangsan dihuni oleh sekitar 3.600 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, maka tingkat kepadatan penduduknya tergolong moderat, yaitu sekitar 935 jiwa per kilometer persegi. Karakteristik ini menciptakan sebuah komunitas yang tidak terlalu padat namun tetap dinamis.Ciri utama masyarakat Desa Jatiwangsan ialah budaya kriyanya yang mengakar kuat. Mayoritas penduduk pria di desa ini memiliki keahlian dalam pertukangan kayu, sebuah keterampilan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Profesi sebagai perajin kayu, pembuat mebel, atau pengusaha kayu menjadi tulang punggung bagi banyak keluarga. Anak-anak di Jatiwangsan tumbuh besar di lingkungan bengkel kerja, sehingga proses regenerasi keahlian berjalan secara alamiah. Selain sebagai perajin, sebagian warga lainnya berprofesi sebagai petani yang mengolah lahan sawah dan kebun.

Industri Kayu sebagai Tulang Punggung Ekonomi

Perekonomian Desa Jatiwangsan secara fundamental digerakkan oleh industri pengolahan kayu. Aktivitas ini berjalan dalam skala industri kecil dan menengah (IKM) yang tersebar di hampir setiap sudut desa. Bengkel-bengkel kerja rumahan menjadi pemandangan umum, di mana para perajin dengan tekun mengubah balok-balok kayu menjadi produk bernilai tinggi.Produk yang dihasilkan sangat beragam, mencakup berbagai kebutuhan furnitur dan komponen bangunan. Beberapa produk unggulan antara lain:

  • Mebel Rumah Tangga: Seperti meja, kursi, lemari, dan tempat tidur yang dibuat dari kayu jati, mahoni, atau akasia, sesuai dengan pesanan dan kualitas yang diinginkan.

  • Kusen dan Pintu: Desa ini juga dikenal sebagai pemasok kusen, pintu, dan jendela berkualitas untuk proyek pembangunan rumah di wilayah Purworejo dan sekitarnya.

  • Kerajinan Kayu Lainnya: Selain produk utama, para perajin juga mampu membuat berbagai produk turunan seperti gazebo, hiasan dinding, dan perabot custom lainnya.

Model bisnis yang berjalan umumnya berbasis pesanan (made to order), meskipun beberapa perajin memiliki ruang pamer (showroom) sederhana di depan rumah mereka. Rantai pasok industri ini melibatkan banyak pihak, mulai dari pemilik hutan rakyat, penebang kayu, penggergajian, perajin, hingga pedagang atau pemasar, menciptakan efek ganda ekonomi yang luas bagi seluruh warga desa.

Pertanian Diversifikasi sebagai Penopang Tambahan

Meskipun industri kayu menjadi primadona, sektor pertanian tetap memegang peranan penting sebagai penopang ketahanan pangan dan sumber pendapatan tambahan. Sistem pertanian di Jatiwangsan berjalan secara terpadu dengan ekosistem perbukitan.Di area lembah dan lahan yang lebih landai, sawah-sawah terasering dikelola untuk budidaya padi. Hasil panennya utamanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga (subsisten). Sementara itu, di lahan tegalan atau kebun, warga menanam berbagai komoditas palawija seperti singkong, jagung, dan kacang-kacangan. Pohon kelapa juga banyak dibudidayakan, di mana hasilnya dapat diolah menjadi kopra atau dijual langsung. Kombinasi antara pendapatan harian/mingguan dari industri kayu dan pendapatan musiman dari pertanian menciptakan model ekonomi yang relatif stabil dan tangguh bagi masyarakat Jatiwangsan.

Tantangan Regenerasi dan Modernisasi Industri

Di tengah reputasinya sebagai desa perajin kayu, Jatiwangsan menghadapi tantangan zaman yang perlu diatasi. Pertama, persaingan dengan produk mebel pabrikan yang diproduksi massal dengan harga lebih murah menjadi ancaman serius. Kedua, kebutuhan akan inovasi desain agar produk lokal tidak terkesan monoton dan mampu mengikuti selera pasar modern.Ketiga, keberlanjutan pasokan bahan baku kayu berkualitas menjadi isu krusial yang menuntut pengelolaan hutan rakyat secara lebih lestari. Terakhir, tantangan regenerasi perajin di kalangan generasi muda yang kini memiliki lebih banyak pilihan profesi di luar desa.Menjawab tantangan ini, peluang modernisasi terbuka lebar. Pengembangan sebuah brand kolektif "Mebel Jatiwangsan", adopsi teknik finishing yang lebih modern dan ramah lingkungan, serta pemanfaatan platform e-commerce dan media sosial untuk pemasaran dapat menjadi jalan untuk memperluas pasar. Selain itu, potensi pengembangan desa wisata kriya, di mana pengunjung dapat melihat proses pembuatan mebel secara langsung, merupakan sebuah prospek menarik di masa depan.

Penutup

Desa Jatiwangsan adalah sebuah testimoni hidup tentang bagaimana sebuah komunitas dapat membangun peradaban ekonominya dari sumber daya alam lokal dan warisan keahlian leluhur. Nama desa ini bukanlah sekadar toponimi, melainkan sebuah janji akan kualitas dan ketekunan yang terukir dalam setiap serat kayu yang mereka olah. Dengan terus menjaga keseimbangan antara eksploitasi dan konservasi, serta memadukan tradisi dengan sentuhan inovasi, Desa Jatiwangsan memiliki potensi besar untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang menjadi pusat industri mebel dan kerajinan kayu yang lebih modern dan berdaya saing, sambil tetap menjaga akarnya yang kuat di tanah perbukitan Kemiri.